Tak Ada

tak ada rembulan, tak ada gemintang

tak ada bayang, tak ada senyuman

tak ada harga, tak ada terima kasih

tak ada untuk malam ini

hanya tak ada.

About My Brain part 1

ah, ya. pagi ini kami latihan debat seperti biasa. dan lagi-lagi otakku dan otak teman-temanku yang lainnya semua pada ngadat, pada nggak berfungsi dengan maksimal. apalagi otakku, ia malah mensugestiku untuk terus-terusan mengantuk dan menguap. tapi sepenuh hatiku menolak dan menyruhku untuk tetap tersadar dan berpikir. ‘ini sangat penting bagiku’ katanya. aku akan bisa hidup ketika aku bisa melalui hal ini. maka aku harus bisa menjalankan otakku paling tidak untuk sebuah jawaban yang logis dalam forum kami kali ini. dan voila! tadi aku bisa menjawab 1 dari sekian banyak pertanyaan yang diajukan pembimbing debat kami. dan jawabanku itu termasuk ke jawaban yang paling logis, paling kuat pendiriannya. benar kan? aku bisa. 🙂

It Comes True

hm, harusnya aku meyakini ini dari dulu. apa yang aku inginkan, cepat atau lambat pasti terwujud dengan cara yang aku sendiripun tak habis pikir betapa indahnya rencana Dia. dan dibarengi dengan rencana-Nya itu aku menguat-nguatkan hatiku untuk berani maju, berani melangkah ke tempat dimana seharusnya aku berada. tempat antara takdir dan kebetulan.
ketika aku ingin berbicara dengan seseorang, ketika aku ingin bertemu seseorang, dan ketika aku ingin bersama seseorang yang terlihat begitu nyaman. aku hanya perlu seonggok keberanian yang kuat dan setetes bening takdir-Nya yang magis. dan voila! jadilah kenyataan yang indah dan menyenangkan itu. 🙂

Kepada Rinai yang Sendu

maafkanlah jika aku memang begini

karena mendung sedang tak berwarna putih

alih-alih mengharap benih

malah tertabur duri-duri perih

maafkanlah jika aku begini

karena cinta memang tak sedang mampir menghampiri

alih-alih mendulang wangi

malah terhidu pekatnya sunyi

kemarilah rinai

duduk lunglailah di bahu kiri ini

kita saling berpagut hati

cerita-cerita, mana sunyi dan mana yang sepi